Labuan Bajo — Meskipun tidak lagi terpantau melalui citra satelit, partikel abu vulkanik dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki masih terdeteksi di ruang udara Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa partikel halus abu masih melayang di lapisan bawah atmosfer dan bisa berdampak pada kesehatan serta aktivitas warga.
“Partikel abu vulkanik ini sangat ringan dan halus, sehingga masih tersuspensi di udara dalam waktu cukup lama, terutama saat cuaca kering dan angin kencang bertiup,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran di Labuan Bajo, Selasa (9/7).
Fenomena itu, menurut Maria, menjadi alasan mengapa sejumlah warga masih mengeluhkan udara yang gatal di hidung dan tenggorokan, bahkan mata yang terasa perih, sehari setelah hujan abu mengguyur wilayah barat Pulau Flores.
Paparan Masih Terasa, Masyarakat Diminta Waspada
Sejak erupsi terjadi pada Senin malam (8/7), abu terlihat menempel di permukaan mobil, kaca jendela, atap rumah, hingga jalanan di wilayah Labuan Bajo. Situasi ini memunculkan kekhawatiran warga terkait dampaknya terhadap kesehatan dan kualitas udara.
Maria mengimbau masyarakat untuk tetap mengenakan masker dan pelindung mata selama beraktivitas di luar ruangan, terutama saat udara terasa keruh. “Hindari menyapu abu dalam keadaan kering. Basahi dahulu permukaan yang akan dibersihkan agar partikel abu tidak beterbangan kembali,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan untuk menutup tempat penyimpanan air dan makanan guna mencegah kontaminasi oleh partikel abu yang masih ada di lingkungan sekitar.
Satelit Tidak Deteksi Abu, Tapi Ancaman Belum Hilang
Secara teknis, BMKG mengonfirmasi bahwa pantauan satelit Himawari, informasi dari VAAC Darwin (Pusat Peringatan Abu Vulkanik Internasional), dan pengamatan lapangan menggunakan paper test belum kembali menunjukkan sebaran abu aktif di sekitar Bandara Komodo Labuan Bajo.
Namun demikian, Maria menegaskan bahwa kondisi itu bukan jaminan berakhirnya potensi sebaran abu. Status Gunung Lewotobi Laki-laki yang masih berada di Level IV (Awas) serta pengaruh Monsun Australia yang memperkuat hembusan angin dari timur hingga tenggara membuat wilayah barat Flores, termasuk Labuan Bajo, masih dalam jalur risiko jika terjadi erupsi susulan yang besar.
“Angin dari timur bisa membawa abu ke wilayah barat Flores, sehingga seluruh pihak tetap harus siaga,” ucapnya.
Koordinasi Lintas Sektor dan Dukungan Posko Maritim
Dalam mengantisipasi berbagai potensi gangguan, BMKG menyatakan terus melakukan pemantauan selama 24 jam serta menjalin koordinasi dengan instansi terkait, termasuk sektor penerbangan dan maritim.
BMKG juga mendukung pengoperasian posko angkutan laut di Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Labuan Bajo, sebagai bagian dari mitigasi risiko erupsi terhadap jalur laut dan sektor pariwisata yang vital di kawasan tersebut.
“Kami mendukung penuh penguatan mitigasi di sektor transportasi laut dan udara, termasuk memberikan data cuaca maritim dan cuaca publik secara berkala,” kata Maria.